Mengunjungi candi bisa menjadi keasyikan tersendiri buat mereka yang menganggap dirinya pelancong sejati. Jika ada sebagian dari kamu yang menganggap jalan-jalan ke candi tidak terlalu menarik lalu mengapa, misalnya, para turis mancanegara rela jauh-jauh mendatangi beberapa candi yang letaknya terpencil dan kadang tinggal menyisakan tumpukan batu belaka?
Berwisata ke candi bukan hanya akan membuat kamu makin menghargai keahlian para nenek moyang dalam membentuk serta menyusun bebatuan menjadi bangunan yang indah, namun juga makin mengerti sejarah yang melatarbelakangi berdirinya negara kamu sekarang ini. Dua buah kompleks candi yang terkenal dan menjadi primadona para turis adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Selain kedua candi itu Indonesia juga menyimpan puluhan candi lain yang menarik untuk kamu kunjungi. Candi mana sajakah itu? Berikut 4 diantaranya seperti yang dikutip daripegipegi.com
1. Candi Gunung Kawi, Bali
Kamu mungkin telah mengunjungi beberapa candi pada umumnya dibangun dengan batu kali atau batu bata yang disusun sedemikian rupa. Nah, Candi Gunung Kawi akan membuat kamu berdecak kagum karena dibangun dengan cara memahat bebatuan yang terdapat di kaki sebuah gunung. Candi yang berlokasi di Sungai Pakerisan, Kabupaten Gianyar, Bali didirikan sebagai tempat berisitrahat bagi Raja Udayana yang memerintah Kerajaan Bali pada 989-1011 Masehi. Sekitar 315 anak tangga akan menyambut kedatangan kamu bersama suara air yang mengalir di sungai dan sejuknya udara di tempat yang masih dikelilingi rimbunnya pepohonan.
Kamu mungkin telah mengunjungi beberapa candi pada umumnya dibangun dengan batu kali atau batu bata yang disusun sedemikian rupa. Nah, Candi Gunung Kawi akan membuat kamu berdecak kagum karena dibangun dengan cara memahat bebatuan yang terdapat di kaki sebuah gunung. Candi yang berlokasi di Sungai Pakerisan, Kabupaten Gianyar, Bali didirikan sebagai tempat berisitrahat bagi Raja Udayana yang memerintah Kerajaan Bali pada 989-1011 Masehi. Sekitar 315 anak tangga akan menyambut kedatangan kamu bersama suara air yang mengalir di sungai dan sejuknya udara di tempat yang masih dikelilingi rimbunnya pepohonan.
Namun, keindahan candi yang sesungguhnya baru akan dapat kamu nikmati setelah mencapai bagian ujung anak tangga, travelers. Disini kamu bisa melihat hamparan panorama dua buah kelompok percandian dengan Sungai Pakerisan yang membelah keduanya. Kelompok candi pertama ada di sebelah barat sungai dan terdiri dari empat bangunan candi serta kolam pemandian dan pancuran air. Sedangkan kelompok candi kedua ada di sebelah timur sungai dan berjumlah lima buah. Konon, candi sengaja dibuat dalam ceruk-ceruk di kaki gunung untuk menghindari kerusakan akibat erosi. Selain bangunan candi, kamu juga akan dapat menjumpai beberapa ruangan kosong yang diduga digunakan untuk keperluan peribadatan keluarga raja. Candi Gunung Kawi masih dimanfaatkan untuk keperluan ibadah umat Hindu hingga sekarang.
2. Candi Bahal, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara
Candi yang juga dikenal dengan nama Biaro Bahal atau Candi Portibi ini terletak di Desa Bahal, Kabupaten Tapanuli Selatan, atau sekitar 400 km dari Kota Medan. Kompleks percandian Candi Bahal tersebar sejauh 1500 km persegi dan semua reruntuhan maupun bangunan candi yang masih tersisa terbuat dari batu bata merah. Candi Bahal diyakini para ahli sejarah sebagai peninggalan Kerajaan Pannai yang merupakan bawahan dari Kerajaan Sriwijaya. Uniknya, meski kompleks Candi Bahal merupakan salah satu kompleks kepurbakalaan terluas di Indonesia, nggak ada satu pun prasasti dari kerajaan Nusantara yang menyebutkan tentang candi ini, travelers. Satu-satunya bukti tertulis adalah Prasasti Tajore yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Rajendra Cola di India Selatan, yang menyatakan telah menaklukkan Kerajaan Pannai, sebuah kerajaan yang memiliki kolam air yang luas.
Candi yang juga dikenal dengan nama Biaro Bahal atau Candi Portibi ini terletak di Desa Bahal, Kabupaten Tapanuli Selatan, atau sekitar 400 km dari Kota Medan. Kompleks percandian Candi Bahal tersebar sejauh 1500 km persegi dan semua reruntuhan maupun bangunan candi yang masih tersisa terbuat dari batu bata merah. Candi Bahal diyakini para ahli sejarah sebagai peninggalan Kerajaan Pannai yang merupakan bawahan dari Kerajaan Sriwijaya. Uniknya, meski kompleks Candi Bahal merupakan salah satu kompleks kepurbakalaan terluas di Indonesia, nggak ada satu pun prasasti dari kerajaan Nusantara yang menyebutkan tentang candi ini, travelers. Satu-satunya bukti tertulis adalah Prasasti Tajore yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Rajendra Cola di India Selatan, yang menyatakan telah menaklukkan Kerajaan Pannai, sebuah kerajaan yang memiliki kolam air yang luas.
Kompleks Candi Bahal yang memiliki langgam Budha terdiri dari Candi Bahal I, Candi Bahal II dan Candi Bahal III yang masing-masing berjarak sekitar 500 meter. Di Candi Bahal II ini dulunya ditemukan arca Heruka, yaitu arca raksasa yang digambabarkan sedang menari-nari di atas mayat dan memegang mangkuk tempurung kepala manusia. Hii .. sadis! Meski terdengar menyeramkan, kamu harus menyempatkan diri melihat arca berwajah bengis yang terdapat di dalam ruangan candi. Arca Heruka memiliki karakter yang nggak bisa kamu temui di candi-candi lain di pelosok negeri yang umumnya menggambarkan karakter mulia dan bijaksana.
3. Candi Penataran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Satu lagi kompleks percandian yang bisa kamu kunjungi adalah kompleks Candi Penataran yang ada di sebelah utara Kabupaten Blitar pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Candi yang dibangun sekitar tahun 1200 Masehi atau bertepatan dengan masa pemerintahan Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri merupakan kompleks percandian terluas di Jawa Timur, dan sempat diajukan sebagai kandidat Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995. Candi Penataran kental dengan karakter bangunan Hindu dan catatan sejarah mengungkapkan bahwa bangunan ini dimaksudkan sebagai saran pemujaan terhadap dewa penguasa gunung agar kerajaan terhindar dari musibah letusan Gunung Kelud.
Satu lagi kompleks percandian yang bisa kamu kunjungi adalah kompleks Candi Penataran yang ada di sebelah utara Kabupaten Blitar pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Candi yang dibangun sekitar tahun 1200 Masehi atau bertepatan dengan masa pemerintahan Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri merupakan kompleks percandian terluas di Jawa Timur, dan sempat diajukan sebagai kandidat Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995. Candi Penataran kental dengan karakter bangunan Hindu dan catatan sejarah mengungkapkan bahwa bangunan ini dimaksudkan sebagai saran pemujaan terhadap dewa penguasa gunung agar kerajaan terhindar dari musibah letusan Gunung Kelud.
Kompleks Candi Penataran sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu halaman depan, halaman tengah dan halaman belakang. Dan pembagian wilayah candi menjadi tiga bagian seperti ini juga diterapkan di beberapa candi lain, misalnya Candi Sukuh di Jawa Tengah. Pura di Bali juga menerapkan pembagian wilayah semacam ini dengan menempatkan bangunan paling sakral di bagian belakang. Di bagian belakang Candi Penataran ini kamu bisa menemukan sebuah kolam dengan relief dongeng binatang pada dindingnya. Kolam ini selalu berisi air jernih dan tak pernah berkurang maupun bertambah di segala cuaca.
4. Candi-candi di Pegunungan Dieng
Kamu mungkin sudah pernah mendengar tentang keelokan panorama Pegunungan Dieng kan? Ya, di sini kamu bisa menikmati sunrise yang tiada duanya, cantiknya Telaga Warna dan kawah belerang. Namun, selain ketiga fenomena alam tersebut, Pegunungan Dieng masih menyimpan pesona lain, yaitu gugusan candi yang tersebar di beberapa titik Pegunungan Dieng. Hingga saat ini para ahli sejarah masih beradu argumen tentang kapan dan siapa yang pertama kali mendirikan candi-candi tersebut. Ada yang beranggapan candi-candi Pegunungan Dieng dibangun secara bertahap dan beberapa di antaranya ditinggalkan begitu saja sebelum benar-benar selesai dibangun. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu pada 732-760 Masehi dipercaya sebagai salah satu pihak yang turut mendirikan salah satu candi di wilayah ini.
Kamu mungkin sudah pernah mendengar tentang keelokan panorama Pegunungan Dieng kan? Ya, di sini kamu bisa menikmati sunrise yang tiada duanya, cantiknya Telaga Warna dan kawah belerang. Namun, selain ketiga fenomena alam tersebut, Pegunungan Dieng masih menyimpan pesona lain, yaitu gugusan candi yang tersebar di beberapa titik Pegunungan Dieng. Hingga saat ini para ahli sejarah masih beradu argumen tentang kapan dan siapa yang pertama kali mendirikan candi-candi tersebut. Ada yang beranggapan candi-candi Pegunungan Dieng dibangun secara bertahap dan beberapa di antaranya ditinggalkan begitu saja sebelum benar-benar selesai dibangun. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu pada 732-760 Masehi dipercaya sebagai salah satu pihak yang turut mendirikan salah satu candi di wilayah ini.
Dua buah candi baru di Pegunungan Dieng yang baru saja ditemukan pada tahun 2013 lalu menguatkan perkiraan kalau di wilayah itu dulunya berdiri pusat peribadatan agama Hindu yang luas dan megah. Bisa jadi ada sekitar 200 candi di area itu, dan bencana alam menyisakan 8 candi Pegunungan Dieng yang terbagi menjadi 3 kelompok candi, yaitu Kelompok Candi Arjuna, Kelompok Candi Gatotkaca dan Kelompok Candi Dwarawati. Di luar ketiga kompleks percandian itu masih ada Candi Bima yang terletak menyendiri dan ada di lokasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan candi-candi lainnya. Bentuk bangunannya pun berbeda, lebih mirip bangunan candi yang didirikan di India daripada bangunan candi di Jawa Tengah pada umumnya. Candi Bima juga memiliki pemandangan yang sangat indah karena di sini kamu bisa melihat hijaunya perbukitan serta Gunung Merbabu di kejauhan.
0 komentar:
Post a Comment